Langsung ke konten utama

Udheng Bali


kemaren saya belajar membuat simpul ikat kepala atau udheng. 3 jenis simpul udheng yang saya coba pelajari adalah . model sunda, model jawa, model bali. bahan yang saya gunakan adalah sarung batik pekalongan milik saya yang sudah lama tidak saya pakai. lalu saya gunting menjadi seukuran bahan udheng. ya kira kira seukuran taplak meja kecil berbentuk kotak. lalu dilipat jadi 2 sehingga membentuk segitiga yang cukup lebar. itulah bahan dasar lipatan udheng yang saya pelajari dari internet. berikut hasil latihan membuat model udheng,  ini fotonya :
Udheng model Bali


















model sunda, saya pakai 2 jenis simpul udheng . ini hasilnya.
ikat kepala model sunda : ekor macan.












ikat kepala model sunda : jawara













untuk ikat kepala model jawa, saya pakai yang ini :
udheng model jawa












dari mengutak atik seni melipat ikat kepala ini, say amendapat pelajaran bahwa terdapat banyak variasi yang sangat individual dalam cara membuat model ikat kepala. setiap orang bebas mengekpresikan diri dalam motif ikat kepala dan seni melipatnya. Bagi saya sendiri, dengan mengerti cara membuat ikat kepala sunda , jawa dan bali. artinya saya telah berusaha merukunkan keretakan hubungan batin antara jawa dengan bali dan antara bali dengan sunda. saya kembali melakukan perdamaian di dalam diri saya bahwa jawa bersodara dengan bali , jawa bersodara dengan sunda. saya memakai ketiga jenis udheng ini dan saya foto. dari hasil jepretan foto , model yang membuat saya tampak paling muda adalah ketika memaki udheng model bali. beberapa tahun terakhir ini, saya ketika berlatih hatha yoga ,selalu memakai udheng hitam milik saya dengan model ikat kepala sunda: jawara.

saya saat ini mulai menikmati musik kecapi suling sunda. juga musik degung bali. dengan Udheng ini, ini menjadi titik melebarkan pola pikir dan sekat sekat kesukuan. saat ini, gerakan kembali memakai ikat kepala   di suarakan oleh generasi muda di bandung. ini tanda yang baik. sedangkan di jawa, orang yang memakai udheng biasanya generasi tua. karena jawa yang "sepuh " itu memakai udheng bukan blangkon.

di jawa , kata "Udheng" sendiri bermakna Pemahaman . orang yang sudah paham di sebut " Mudheng " .
bukan sebuah kebetulan jika model udheng bermacam macam, ini simbol dari pola pemahaman manusia yang berbeda beda. orang yang memakai udheng dalam cerita jawa adalah Aji Saka, peletak dasar kalender saka di jawa.yaitu dimulai tahun 78 Masehi.

Udheng dalam cerita wayang jawa, khususnya  gambar wayang kulit Pandawa, hanya Puntadewa atau Samiadji atau Yudistira atau Prabu Dharmo Kusumo yang tidak memakai mahkota emas , hanya ikat kepala / udheng. di era kemerdekaan Indonesia 1945 , semua lelaki jawa kalo bepergian memakai ikat kepala. belum seratus tahun , tradisi itu berubah. sedangkan dimasa itu orang india memakai turban, orang pakistan memakai kopiah putih , orang arab memakai sorban / kafayeh , orang turki memakai model peci.
kaum santri di jawa memakai sarung tenun dan peci hitam.

demikian , semoga ada manfaatnya.
salam,
eddy pekalongan



Komentar

Unknown mengatakan…
Saya rasa pak Edy kelihatan lebih muda pas pakai udheng model Bali karena di foto pak Edy lagi tersenyum. Harusnya foto-foto dengan udheng model lain juga senyum pak.

Postingan populer dari blog ini

ebook OSHO : TUhan sudah Mati

OSHO dalam 2 minggu ini saya menterjemahkan beberapa lembar ceramah OSHO  di tahun 1989. Ceramah ini sangat kontroversial , hanya 15 halaman yang saya terjemahkan. itupun cukup membuat saya berdebar debar, apakah nanti yang membacanya sudah siap . padahal ceramah ini disampaikan sudah 20 tahun yang lalu. peradaban manusia sudah mundur, ceramah ini akan membuktikan apa yang saya katakan bahwa mayoritas manusia indonesia saat ini memiliki pemahaman agama yang mundur dari leluhurnya. mereka bersikap lebih fanatik dan kehilangan toleransi terhadap orang yang berbeda. dimasa awal kemerdekaan Indonesia. komunis di terima baik di negeri ini . karena paham komunis ikut serta dalam mendirikan negara ini. anehnya saat ini , ajaran komunis di larang . ajaran kepercayaan leluhur di larang . negeri ini sudah rusak oleh perilaku moral pejabatnya yang rendah . semoga dengan terjemahan kecil dari sekelumit ceramah OSHO , yang jika mau di terjemahkan semua , bisa ratusan lembar untuk satu te

Makam Sapuro , Kota Pekalongan

sudah lama saya ingin menulis tentang tanah kelahiran saya. kelurahan Sapuro , di kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan. ada beberapa nama kampung di sapuro, antara lain. - sapuro lor - buragan - sapuro kidul - sawah tengah - brontokan - jagalan - kandang arum sebagian orang mengenal sapuro dengan makam dan tempat ziarah. yang paling terkenal adalah makam Habib Achmad bin abdullah bin Thalib al - athas. seorang wali penyebar agama islam. tahun 1900 -an yang dimakamkan di Sapuro. beliau sejaman dengan Buyut saya. dari garis ibu. bahkan yang menyarankan buyut saya yang sudah sepuh tapi sebagai duda. untuk menikah lagi dengan wanita keturunan arab. sehingga lahirlah nenek saya. dan terbentuklah keluarga baru. buyut saya bernama Raden Tengah Karyo nama kampung "sawah tengah " berasal dari kata sawahnya Raden Tengah. yang punya istri jawa tetapi meninggal. punya istri china lalu bercerai dan terakhir istri arab yang di jodohkan oleh habib achmad al athas. sejarah sapuro menu

Buku ala Pandji Pragiwaksono

semalam saya selesai membaca sebuah buku kecil yang saya beli dari stand obral buku di gramedia pandanaran - semarang. bukan buku baru tapi kadangkala di buku buku yang di letakkan dalam stand obral saya temukan banyak buku yang lebih mengisnpirasi dari buku buku yang baru terbit , hanya saja kelemahan buku yang di cetak oleh penerbit memiliki batas kadaluwarsa untuk di tampilkan di peredaran. berbeda dengan buku yang di tulis dan di terbitkan sendiri dengan nama penerbit milik kita sendiri , dan di jual dengan sistem print on demand di internet . masa pajang di rak buku online lebih panjang . apalagi jika di jual versi ebooknya ini akan lebih mudah di beli dan diakses oleh semua orang di dunia sepanjang tahun. Judul Buku : how i sold 1000 CDs in 30 Days karya : Pandji Pragiwaksono penerbit : Gramedia tahun 2009 isi buku : buku ini di tulis dengan gaya santai , seperti obrolan ringan . bercerita tentang pola pikir dan pola tindakan yang di anut oleh penulisnya . yang berprofesi sebaga