Nonton arsip di youtube. Salihara , dgn tema : erotisme dlm centini oleh ibu elisabert D. inandiak.
Jadi ingat koleksi 3 novel centini karya beliau. Tafsir suluk tambang raras abad 21.
Kalo versi jawanya suluk tambang raras aku sudah baca . Terakhir kali tahun 2006.
Isinya ensikopedia jawa. Perjalanan keliling jawa. Versi elisabeth. Lebih indah. Mungkin krn bahasanya lbh modern. Kalo catatan ttg cuplikan terjemahan centini pertamakali kubaca di majalah BASIS tahun 2002 ( arsipnya msh ada) . Elisabeth melihat alur pikiran Victor Hugo hidup di jawa.
Liputan di tv ttg elisabeth dulu kutonton di metro tv di acara budaya. Tahun 2002. Berkisah elisabeth dolan ke gunung merapi ke petilasan watu gajah & ringin putih di cangkringan. Elisabeth juga berdialog dgn mbah marijan.
Pertemuan elisabeth dgn mbah marijan karena kemiripan buku karyanya yg ditulis di prancis ttg cerita anak berkisah ttg gajah dan pohon . Sangat mirip dgn legenda ringin putih & watu gajah di merapi.
Sungguh aneh . Roh Pujangga jawa kuno perlu memanggil bantuan sastrawan perancis wanita utk menyelamatkan karya sastra jawa .
Bagiku ibu elisabeth diakui atau tidak telah berjasa besar dlm mengungkap misteri suluk tambang raras atau dikenal dgn sebutan centini.
Centini itu berkisah nakalnya anak muda jawa yg suka mengembara. Liar sekali dlm petualangan seksual tapi tetap sholat & meditasi. Pertama kali baca kaget. Sekarang tidak.
Membaca centini membuatku mengerti peradaban saat ini secara budaya bagi generasi muda sangat monoton . Bahkan mundur.
Belajar centini dan osho akan menemukan alur ajaran tantrayana hindu budha yg lenyap di jawa.
Jadi sadar, selama ini aku seperti mengumpulkan kembali wawasan hindu budha yg hilang dari jawa sejak era kesultanan islam.
Benang merahnya ketemu. Gambaran utuhnya mulai terlihat.
Budaya jawa tidak lepas dari pesta yg spiritual yaitu slametan.
Tatacara mabuk dlm centini juga ada. 10 gelas tuak mewakili 10 syair yg bermakna.
Misal gelas ke 4 diminum maka musik ditabuh dgn syair : catur wanara rukem artinya jika orang minum gelas ke 4 maka kelakuannya mirip kera berebut makanan, mengoceh ribut, lupa diri, saling mengejek.
*cukup dulu nanti sifat penyairnya kumat.
salam,
edy pekalongan
Komentar