sebagian tulisan diblog yang saya baca,
ketika mencari opini tentang serat dharmogandul,
mengganggap bahwa serat dharmogandul
adalah sebuah penghinaan terhadap islam.
Malah ada pula yang menulis di blog nya opini negatif
tentang serat dharmogandu.
padahal mungkin belum membaca
teks aslinya dalam bahasa jawa.
adapula bukan orang jawa
yang saya tidak tahu apa dia sudah memahami sejarah jawa atau tidak.
baru membaca terjemahan bahasa indonesianya,
sudah menyimpulkan serat dharmogandul negatif.
bahkan mengatakan yang pada intinya menghujat jawa,
malah adapula yang sengaja membenturkan jawa dan islam.
membenturkan majapahit dan islam.
bagi saya yang tinggal di jawa , orang jawa ,
belajar bahasa jawa dan mempelajari sejarah jawa.
saya tidak mudah percaya perkataan
orang yang mohon maaf , non jawa dan
tidak mempelajari sastra jawa,
tidak hidup sebagai orang jawa
lalu menyimpulkan serat dharmogandul adalah negatif,
apalagi tidak mengetahui duduk perkara
kenapa serat dharmogandul lahir.
serat dharmogandul adalah sebuah cerita dongeng
yang sifatnya untuk keluarga ,
karena dialog di dalamnya isinya antara nenek dengan cucunya .
adapula seorang raja brawijaya yang budha
lalu pindah agama dan memaksa penasehat spiritualnya
yang budha pindah agama,
dialog antara penasehat spiritual budha
dan murit spiritualnya yang raja majapahit ini
adalah dialog pribadi murit dan guru yang sudah hidup bersama lama,
saling mengerti kekurangan dan kelebihan .
ini adalah wujud dialog spiritual antara guru dan murit.
tidak ada kaitan dengan agama islam atau politik masa kini.
lalu tentang hubungan keluarga keraton majapahit yang terpecah,
dan kalau anda mengikuti serat dharmogandul sampai akhir
lalu melihat sejarah kerajaan demak,
sejarah kerajaan pajang sampai sejarah kerajaan mataram islam,
membaca cerita babad kadipaten di jawa,
babad wali songo. maka anda baru bisa memahami dengan jelas
kontroversi serat dharmogandul.
yang isinya memang di sebagian bab bertentangan
atau tidak nyambung, ini adalah cara penulisnya
agar pembaca meneliti kebenaran cerita ini,
bertanya kepada para sesepuh jawa, di lingkungan keraton
ataupun di luar keraton tentang kebenaran kisah ini.
bahkan sebagian kisah dalam serat dharmogandul,
adalah cuplikan dari berbagai versi babad kadipaten di jawa.
namun sejatinya konfik di dalam serat dharmogandul
antara raden fatah dan ayahnya sudah selesai,
ketika Sang Prabu memutuskan tidak membalas perbuatan anaknya
dan merestui kesultanan demak hanya utk tiga generasi ,
dan di era kesultanan pajang,
anak turun pewaris tahta majapahit dari permaisuri raja
sampai selir sudah dipertemukan dalam hubungan perkawinan.
dan di era kesultanan Mataram , masalah keluarga itu sudah selesai.
jadi sudah tidak relevan lagi
mendudukkan masalah cerita dalam serat dharmogandul
dalam masa saat ini , yaitu konteks negara republik indonesia.
dan saya percaya dengan adanya wadah komunikasi
Paguyupan Keraton Nusantara ,
anak turun majapahit sudah kembali menjalin persodaraan ,
baik yang sebagian ketika majapahit hancur
lari mengungsi ke tanah sunda, ada yang mengungsi ke bali ,
ada yang mengungsi ke sulawesi,
ada yang mengungsi ke semenanjung malaka,
ada yang mengungsi ke sumatra, dan ada yang mengungsi ke china.
saat ini serat dharmogandul hanyalah pengingat bagi anak cucu,
agar jangan sampai mudah dipecah belah
dan cerita di dalam serat dharmogandul memang pait
bagi orang yang tidak memahami silsilah sejarah jawa yang rumit.
bagaimanapun sejarah yang pait harus diingat, bukan dilupakan.
maka saya akan menuliskan sebagian isi serat dharmogandul.
sebagian kisah dialog antara nenek dan cucunya,
yaitu nyai ageng ampel dan raden fatah
yang dimuat dalam serat dharmogandul.
pada postingan berikutnya.
semoga ada manfaatnya.
salam,
edy pekalongan
Komentar