amit amit ngaliman salam
mohon ijin berbagi
# Memahami Relief KALA
saya teringat istilah KALA . sang waktu di bumi , di jawa disebut Kala. simbolnya ada setiap kita mau memasuki candi budha . juga di keraton/ istana . biasanya ada di atas pintu masuk. tanda itu artinya kita hidup dibumi itu di bingkai oleh waktu. sedangkan waktu sendiri bersifat netral , tidak memihak.
sekarang ukiran relief kala dibaca sebagai simbol wajah menakutkan seperti setan , tanpa makna, karena mungkin saja yang melihat relief tersebut sudah putus dengan sandi / lambang kuno warisan pra islam di jawa. tidak masalah.
hanya saja mitos / cerita wayang tentang Bathara Kala , disalah artikan. tidak lagi dibaca sebagai putaran waktu , yang membatasi usia manusia malah dibaca sebagai setan dan sesuatu yang gaib. sekali lagi tidak masalah.
saking pentingnya prinsip waktu ini , simbol relief kala ada dimana mana, terutama di tempat pemujaan dan di istana jawa . itu sebagai pengingat manusia akan waktu dan kehidupan.
makanya dalam budaya jawa posisi relief Kala di letakkan sering kali di pintu masuk , di tengah atas palang pintunya . sehingga ketika orang masuk pintu tersebut. seakan masuk sebuah mulut yg melambangkan ruang dan waktu.
kerumitan makna ini yang tidak dipahami oleh orang banyak orang, karena tidak mau belajar.
dalam budaya jawa. orang orang yang berpotensi tertinggal, tertindas, dikorbankan oleh putaran waktu , roda jaman masa kini . dilambangkan dalam cerita sebagai calon santapan Bathara Kala. maka dia perlu di ruwat oleh dalang atau sang sutradara. agar selamat mengaruhi nasib kehidupan.
artinya orang orang tersebut perlu di bantu untuk di ruwat atau diubah nasibnya oleh Dalang ruwat yaitu simbol orang yang berkuasa menjadi penentu alur jaman. dalam hal ini penguasa wilayahnya / pemimpinnya yang kuasa mengambil keputusan tentang perubahan maju mundur nasib rakyatnya.
dalam skala dunia, ada negara negara yang berpotensi lenyap di telan Bathara Kala atau penguasa jaman (globalisasi di bumi ) . dan itu perlu di ruwat oleh sang Dalang. bahkan utang Luar Negeri pun dibatasi waktu , atau akan berbunga dan menjerat menyebabkan kesengsaraan rakyat di negara tersebut.
siapakah sang Dalang Ruwat tingkat dunia ?
sang Dalang itu adalah para pemegang kunci peradaban dunia. Orang orang yang menjadi sutradara / arsitek yang menjalankan roda ekonomi dunia, roda politik dunia, roda kebudayaan dunia. merekalah yang mampu menyelamatkan nasib negara negara yang akan menjadi santapan Bathara Kala.
untuk nasib Indonesia, Dalang Ruwat yang bisa membantu negara kita adalah negara Rusia, India juga RRC. jika memang mereka mau berperan sebagai Dalang Ruwatan.
kalo Dalang kerusuhan di Indonesia, itu lain lagi ceritanya.
jadi budaya ruwatan dan dalang ruwat , itu harus di baca ulang. bukan sekedar tahapan upacara. tapi sesungguhnya itu sindiran luar biasa kepada pegelaran jaman dan para penguasa jaman.
bertanyalah kepada orang orang yang punya ilmu rajah Kala Cakra , artinya orang yang dibekali pengetahuan dan ketrampilan membaca roda waktu . membaca perubahan jaman dan peradaban .
sehingga dia akan memberi tahu kapan sebuah peradaban maju atau mundur atau tanda tandanya akan mengalami kehancuran dan ain sebagainya.
sungguh , bagi saya Indonesia saat ini adalah calon tumbal Bathara Kala. hanya saja nasib membuatnya menjadi seperti Buah simalakama. dimakan semua Bathara kala mati. tidak dimakan Bathara kala kelaparan. entahlah.
saya menterjemahkan makna logis atau nalar dari Aji Rajah Kalacakra sebagai makna kehidupan bukan nilai magis atau sihirnya. karena saya bukan penyihir.
dalam cerita kuno , untuk mengurangi penderitaan hidup di bumi akibat penindasan Bathara Kala maka orang belajar kepada begawan Gotama tentang hukum sebab akibat dan menghentikan siklus penderitaan batin. supaya memiliki pandangan terang , maka perlu penerang jalan yaitu ilmu pengetahuan.
di jawa cahaya penerang di sebut Damar , bisa berbentuk obor, lampu minyak, lilin, lampu listrik , cahaya matahari , cahaya bulan, senter itu semua disebut Damar.
kata " Damar " dalam bahasa jawa ini mirip mirip fungsinya dengan kata bahasa sansekerta " Dharma ". atau kata bahasa pali " Dhamma " . saya tidak berani mengatakan sama tapi mirip kegunaannya untuk menerangi pandangan manusia.
dalam bahasa jawa istilah " terang" di sebut " Padhang ".
istilah berada dalam kondisi terang cahaya disebut " Madhang "
memberi terang cahaya kepada orang lain disebut " madhangi "
yang dimaksud secara lahiriyah dari pertanyaan " wus madhang apa durung " ( sudah makan apa belum ? ). itu jika di teruskan kajian makna batin atau yang tersembunyi dari pertanyaan tersebut.
" wus madhang apa durung " artinya sudahkah kamu mengisi dirimu dengan cahaya penerang / ilmu pengetahuan ?.
ternyata dari istilah sederhana itu sangat dalam maknanya.
karena sesungguhnya kondisi gelap atau dalam bahasa jawa " Petheng " itu adalah sebuah situasi dimana cahaya tidak sampe karena terhalang sesuatu .
jadi bukan masalah kurang sinar / cahayanya , tapi cukuplah perlu disingkirkan penghalangnya , maka secara otomatis kondisi gelap atau " Petheng" itu lenyap dengan sendirinya.
kecuali situasi sengaja di buat selalu gelap. agar penjual senter dan baterai tetap laku dan untung. itu laen lagi ceritanya.
menulis ini mengingatkan saya kepada seorang Filsuf Jawa yang wafat dikebumikan hari selasa kemaren. seorang Guru yang namanya mengandung arti cahaya penerang yang asli atau Dhamarjati.
membaca berita wafatnya beliau , saya dalam batin mengucapkan selamat jalan dan banyak terima kasih , tidak berani mendoakan apa apa. karena derajad level kesadaran hidup saya masih jauh di bawah beliau.
mohon ijin berbagi
# Memahami Relief KALA
saya teringat istilah KALA . sang waktu di bumi , di jawa disebut Kala. simbolnya ada setiap kita mau memasuki candi budha . juga di keraton/ istana . biasanya ada di atas pintu masuk. tanda itu artinya kita hidup dibumi itu di bingkai oleh waktu. sedangkan waktu sendiri bersifat netral , tidak memihak.
sekarang ukiran relief kala dibaca sebagai simbol wajah menakutkan seperti setan , tanpa makna, karena mungkin saja yang melihat relief tersebut sudah putus dengan sandi / lambang kuno warisan pra islam di jawa. tidak masalah.
hanya saja mitos / cerita wayang tentang Bathara Kala , disalah artikan. tidak lagi dibaca sebagai putaran waktu , yang membatasi usia manusia malah dibaca sebagai setan dan sesuatu yang gaib. sekali lagi tidak masalah.
saking pentingnya prinsip waktu ini , simbol relief kala ada dimana mana, terutama di tempat pemujaan dan di istana jawa . itu sebagai pengingat manusia akan waktu dan kehidupan.
makanya dalam budaya jawa posisi relief Kala di letakkan sering kali di pintu masuk , di tengah atas palang pintunya . sehingga ketika orang masuk pintu tersebut. seakan masuk sebuah mulut yg melambangkan ruang dan waktu.
kerumitan makna ini yang tidak dipahami oleh orang banyak orang, karena tidak mau belajar.
dalam budaya jawa. orang orang yang berpotensi tertinggal, tertindas, dikorbankan oleh putaran waktu , roda jaman masa kini . dilambangkan dalam cerita sebagai calon santapan Bathara Kala. maka dia perlu di ruwat oleh dalang atau sang sutradara. agar selamat mengaruhi nasib kehidupan.
artinya orang orang tersebut perlu di bantu untuk di ruwat atau diubah nasibnya oleh Dalang ruwat yaitu simbol orang yang berkuasa menjadi penentu alur jaman. dalam hal ini penguasa wilayahnya / pemimpinnya yang kuasa mengambil keputusan tentang perubahan maju mundur nasib rakyatnya.
dalam skala dunia, ada negara negara yang berpotensi lenyap di telan Bathara Kala atau penguasa jaman (globalisasi di bumi ) . dan itu perlu di ruwat oleh sang Dalang. bahkan utang Luar Negeri pun dibatasi waktu , atau akan berbunga dan menjerat menyebabkan kesengsaraan rakyat di negara tersebut.
siapakah sang Dalang Ruwat tingkat dunia ?
sang Dalang itu adalah para pemegang kunci peradaban dunia. Orang orang yang menjadi sutradara / arsitek yang menjalankan roda ekonomi dunia, roda politik dunia, roda kebudayaan dunia. merekalah yang mampu menyelamatkan nasib negara negara yang akan menjadi santapan Bathara Kala.
untuk nasib Indonesia, Dalang Ruwat yang bisa membantu negara kita adalah negara Rusia, India juga RRC. jika memang mereka mau berperan sebagai Dalang Ruwatan.
kalo Dalang kerusuhan di Indonesia, itu lain lagi ceritanya.
jadi budaya ruwatan dan dalang ruwat , itu harus di baca ulang. bukan sekedar tahapan upacara. tapi sesungguhnya itu sindiran luar biasa kepada pegelaran jaman dan para penguasa jaman.
bertanyalah kepada orang orang yang punya ilmu rajah Kala Cakra , artinya orang yang dibekali pengetahuan dan ketrampilan membaca roda waktu . membaca perubahan jaman dan peradaban .
sehingga dia akan memberi tahu kapan sebuah peradaban maju atau mundur atau tanda tandanya akan mengalami kehancuran dan ain sebagainya.
sungguh , bagi saya Indonesia saat ini adalah calon tumbal Bathara Kala. hanya saja nasib membuatnya menjadi seperti Buah simalakama. dimakan semua Bathara kala mati. tidak dimakan Bathara kala kelaparan. entahlah.
saya menterjemahkan makna logis atau nalar dari Aji Rajah Kalacakra sebagai makna kehidupan bukan nilai magis atau sihirnya. karena saya bukan penyihir.
dalam cerita kuno , untuk mengurangi penderitaan hidup di bumi akibat penindasan Bathara Kala maka orang belajar kepada begawan Gotama tentang hukum sebab akibat dan menghentikan siklus penderitaan batin. supaya memiliki pandangan terang , maka perlu penerang jalan yaitu ilmu pengetahuan.
di jawa cahaya penerang di sebut Damar , bisa berbentuk obor, lampu minyak, lilin, lampu listrik , cahaya matahari , cahaya bulan, senter itu semua disebut Damar.
kata " Damar " dalam bahasa jawa ini mirip mirip fungsinya dengan kata bahasa sansekerta " Dharma ". atau kata bahasa pali " Dhamma " . saya tidak berani mengatakan sama tapi mirip kegunaannya untuk menerangi pandangan manusia.
dalam bahasa jawa istilah " terang" di sebut " Padhang ".
istilah berada dalam kondisi terang cahaya disebut " Madhang "
memberi terang cahaya kepada orang lain disebut " madhangi "
yang dimaksud secara lahiriyah dari pertanyaan " wus madhang apa durung " ( sudah makan apa belum ? ). itu jika di teruskan kajian makna batin atau yang tersembunyi dari pertanyaan tersebut.
" wus madhang apa durung " artinya sudahkah kamu mengisi dirimu dengan cahaya penerang / ilmu pengetahuan ?.
ternyata dari istilah sederhana itu sangat dalam maknanya.
karena sesungguhnya kondisi gelap atau dalam bahasa jawa " Petheng " itu adalah sebuah situasi dimana cahaya tidak sampe karena terhalang sesuatu .
jadi bukan masalah kurang sinar / cahayanya , tapi cukuplah perlu disingkirkan penghalangnya , maka secara otomatis kondisi gelap atau " Petheng" itu lenyap dengan sendirinya.
kecuali situasi sengaja di buat selalu gelap. agar penjual senter dan baterai tetap laku dan untung. itu laen lagi ceritanya.
menulis ini mengingatkan saya kepada seorang Filsuf Jawa yang wafat dikebumikan hari selasa kemaren. seorang Guru yang namanya mengandung arti cahaya penerang yang asli atau Dhamarjati.
membaca berita wafatnya beliau , saya dalam batin mengucapkan selamat jalan dan banyak terima kasih , tidak berani mendoakan apa apa. karena derajad level kesadaran hidup saya masih jauh di bawah beliau.
kenapa saya suka menulis ini ? karena untuk menyeimbangkan laku membaca.
semoga tulisan ini akan menjadi sia sia pada " waktunya ". terima kasih.
salam,
edy pekalongan
semoga tulisan ini akan menjadi sia sia pada " waktunya ". terima kasih.
salam,
edy pekalongan
Komentar